Politiknesia.com

Ridwan Kamil Minta Bupati Subang Tegur dan Evaluasi RSUD Ciereng Yang Tolak Ibu Hamil

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil merespons kasus RSUD Ciereng, Subang, yang diduga menolak ibu hamil yang akan melahirkan.

Ibu dan anak yang dikandungnya itu akhirnya meninggal saat perjalanan mencari rumah sakit lain di Bandung.

Gubernur yang akrab disapa Emil ini mengaku sudah berkoordinasi dengan Bupati Subang Eep Hidayat untuk melakukan evaluasi dan memberikan teguran tegas terhadap RSUD Ciereng Subang.

“Saya sudah minta Pak Bupati untuk menegur dan mengevaluasi RSUD, karena jika sangat emergensi, urusan nyawa harus didahulukan apa pun situasinya,” kata dia ketika dikonfirmasi wartawan pada Selasa (7/3).

Semestinya, kata Emil, pihak rumah sakit harus tetap mengutamakan keselamatan pasien apalagi kondisi ibu itu sedang dalam keadaan darurat. Mestinya, pihak rumah sakit tetap bisa memberikan perhatian terhadap ibu tersebut.

“Saya sudah kontak Bupati Subang. Bupati Subang sudah mengumpulkan semua pihak dan alasan Rumah Sakit Subang tidak bisa menangani karena ICU penuh,” katanya.

Ditolak RSUD
Kurnaesih yang hamil 9 bulan mengalami kontraksi pada Kamis (16/2). Keluarga lalu membawanya ke Puskesmas Tanjungsiang. Namun karena kondisinya tidak ada perubahan, akhirnya dirujuk ke RSUD Ciereng.

Saat sampai di RSUD, dia sempat menerima perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Namun, saat akan dibawa ke ruang Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif untuk mendapatkan tindakan, malah ditolak. Alasannya, pihak rumah sakit belum menerima rujukan dari Puskesmas dan ruangan penuh.

Keluarga akhirnya membawa Kurnaesih yang sudah dalam kondisi kritis itu ke rumah sakit di Bandung. Namun Kurnaesih meninggal di perjalanan.

Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Subang, dr. Maxi, menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan. Dia menilai peristiwa tersebut merupakan hal pahit bagi keluarga maupun pihak rumah sakit.

Maxi juga menambahkan, tak ada niat dari tenaga kesehatan di rumah sakit untuk menelantarkan atau menolak pasien. Kemungkinan, menurut dia, terjadi keadaan yang darurat kemudian ada sikap yang tak mengenakkan dari tenaga kesehatan sehingga pihak keluarga tersinggung.(Sumber)

Leave a Reply