Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti mendorong dunia usaha, termasuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), agar lebih aktif memanfaatkan peluang globalisasi melalui perjanjian dagang internasional.
Menurutnya, di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks, pelaku usaha Indonesia harus mampu menembus pasar global dengan strategi adaptif dan inovatif.
Dyah Roro menjelaskan bahwa globalisasi merupakan esensi keterhubungan antarnegara di seluruh dunia.
Perdagangan, kata dia, menjadi salah satu aspek penting yang menggerakkan arus ekonomi global, sehingga pelaku usaha di dalam negeri harus mampu berpartisipasi aktif agar tidak tertinggal.
“Meski dinamika geopolitik saat ini mendorong globalisasi ke arah multipolar, Indonesia tetap konsisten membuka diri dan menjalin interaksi dengan dunia, sejalan dengan prinsip politik luar negeri kita,” ujar Roro dalam keterangannya, Minggu (5/10/2025).
Dalam forum yang mengangkat tema “Can Globalization Be Great Again? Doing Business in a Changing World”, Wamendag Dyah Roro menegaskan bahwa strategi Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi difokuskan pada perluasan akses pasar dan diversifikasi kerja sama ekonomi.
Upaya ini menjadi bagian dari langkah konkret pemerintah dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Dyah Roro mengungkapkan bahwa hingga saat ini Indonesia telah memperluas kerja sama perdagangan melalui 24 perjanjian dagang dengan 30 negara.
Beberapa di antaranya adalah perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA), Indonesia-Canada CEPA yang baru saja ditandatangani di Ottawa pada 24 September 2025, serta Indonesia-Peru CEPA.
Tidak hanya fokus pada negara-negara mitra tradisional, Indonesia juga mulai menjajaki pasar nontradisional seperti Afrika, termasuk Tunisia dan Mozambik.
Langkah ini merupakan bentuk adaptasi terhadap perkembangan globalisasi yang semakin beragam, di mana potensi pasar baru menjadi peluang strategis untuk mendorong pertumbuhan ekspor nasional.
Kinerja ekspor Indonesia juga menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor Indonesia pada periode Januari–Agustus 2025 mencapai USD185,13 miliar atau naik 7,72% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, neraca perdagangan mencatat surplus sebesar USD29,14 miliar, memperpanjang catatan surplus Indonesia selama 64 bulan berturut-turut.
Menurut Dyah Roro, capaian tersebut tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang tidak hanya berfokus pada ekspor barang, tetapi juga mendorong pengembangan perdagangan jasa di berbagai sektor.
“Kami memperluas perdagangan jasa di sektor ritel, e-commerce, logistik, perawatan dan keperawatan, perbankan, pariwisata, kuliner, desain, fesyen, hingga konstruksi,” ujarnya.
Diversifikasi sektor ekspor ini, lanjutnya, menjadi langkah penting agar perekonomian nasional tidak hanya bergantung pada produk barang mentah, tetapi juga mampu bertransformasi menuju ekonomi berbasis nilai tambah.
Pendekatan ini juga sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menekankan penguatan hilirisasi industri, ketahanan pangan dan energi, serta investasi pada sumber daya manusia.
Dyah Roro menegaskan pentingnya keseimbangan antara keterbukaan global dan perlindungan kepentingan domestik.
Pemerintah, katanya, terus berupaya membuka peluang bagi pelaku usaha di dalam negeri sekaligus melindungi mereka dari dampak negatif globalisasi, seperti ketimpangan pasar dan fluktuasi harga komoditas.
“Fokus kebijakan pemerintah saat ini adalah hilirisasi di sektor industri, perkebunan, dan perikanan. Program ini diharapkan menciptakan efek berganda berupa penciptaan lapangan kerja baru serta transfer pengetahuan dan teknologi bagi tenaga kerja Indonesia,” jelasnya.
Wamendag juga mengimbau agar pelaku usaha Indonesia terus berinovasi dan mematuhi standar internasional dalam setiap aktivitas perdagangan.
“Dengan berkomitmen pada standar baku internasional, pelaku usaha bersama pemerintah dapat membangun iklim bisnis yang sehat dan kompetitif untuk menarik investasi global,” tukasnya.(Sumber)