Politiknesia.com
Tokoh  

Mengenal Achmad Bakrie, Pendiri Bakrie & Brothers Yang Bisnisnya Meliputi Tambang, Properti Hingga Media

Achmad Bakrie adalah simbol kepeloporan pengusaha pribumi di Indonesia, ia merupakan sosok yang menjadi ikon konglomerasi nasional hingga saat ini. Lahir di Lampung pada 11 Januari 1914, ia mengawali langkah bisnis dari kegiatan jual beli kecil komoditas karet, lada, dan kopi, produk yang kala itu menjadi urat nadi perdagangan Nusantara.

Dengan kegigihan dan pandangan jauh ke depan, ia mendirikan Bakrie & Brothers pada 10 Februari 1942 di Teluk Betung, Lampung, sebuah embrio yang kemudian tumbuh menjadi Bakrie Group, salah satu konglomerasi terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia.

Perjalanan bisnisnya juga penuh penyesuaian terhadap konteks zaman. Saat pendudukan Jepang melarang penggunaan nama Barat, perusahaan itu berganti nama menjadi Jasuma Shokai.

Namun, selepas perang, nama Bakrie & Brothers kembali dipakai, dan dengan keberanian besar, Achmad Bakrie menembus pasar global. Tahun 1952 menjadi tonggak penting: ia mengekspor komoditas unggulan ke Singapura, menjadikannya salah satu pengusaha pribumi pertama yang berani menantang dominasi asing di jalur ekspor.

Ekspansi itu berlanjut melalui akuisisi NV Kawat pada 1957, yang membuka pintu diversifikasi ke industri pabrik kawat, pipa baja, cor logam, dan karet remah. Dari titik ini, bisnis Bakrie berkembang lebih luas hingga lahirlah PT Bakrie & Brothers Tbk, yang kemudian merambah sektor energi, properti, media, dan infrastruktur.

Keberhasilan tersebut membuat Achmad Bakrie dijuluki “Bapak Perusahaan Nasional”, karena di tengah dominasi perusahaan asing, ia mampu membuktikan kapasitas pengusaha pribumi dalam membangun kekuatan industri dalam negeri.

Filosofi Hidup dan Nilai Kebermanfaatan

Di balik kejayaan itu, Achmad Bakrie memegang teguh filosofi yang sederhana namun mendalam: uang bukanlah tujuan hidup, melainkan sarana untuk memberi kebahagiaan bagi banyak orang. Prinsip ini tidak berhenti sebagai slogan, melainkan diwujudkan dalam berbagai aksi nyata, salah satunya dengan pendirian Yayasan Achmad Bakrie pada 1981.

Yayasan ini konsisten memberikan dukungan pendidikan kepada siswa dan mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu, memperluas kesempatan generasi muda untuk melangkah lebih jauh.

Filosofi hidupnya kemudian dirumuskan dalam Trimatra Bakrie: Keindonesiaan, Kemanfaatan, dan Kebersamaan. Tiga pilar ini menjadi kerangka moral yang dipegang teguh keluarga Bakrie, tidak hanya dalam menjalankan bisnis, tetapi juga dalam setiap kontribusi sosial. Warisan nilai ini memastikan bahwa apa yang dibangun Achmad Bakrie tidak semata berwujud materi, tetapi juga menyatu dalam etos kebangsaan.

Fakta Menarik dan Warisan yang Abadi

Kisah Achmad Bakrie tidak bisa dilepaskan dari akar sejarah yang membentuknya. Dari seorang anak kampung di Lampung yang tumbuh di tengah hiruk pikuk pelabuhan Menggala, ia menapaki perjalanan menuju posisi penting dalam perekonomian nasional. Tekad, keberanian mengambil risiko, serta pandangan visioner menjadi fondasi yang membedakan dirinya dari banyak pengusaha lain di masanya.

Warisan itu tidak berhenti pada dirinya. Putranya, Aburizal Bakrie, menjadi figur penting yang melanjutkan tonggak kepemimpinan bisnis sekaligus menapaki panggung politik nasional. Pada awal 2000-an, Aburizal bahkan sempat masuk jajaran orang terkaya di Indonesia, menandakan kesinambungan kekuatan ekonomi keluarga Bakrie.

Namun, lebih dari sekadar kekayaan, warisan terbesar yang terus terjaga adalah nilai-nilai kebersamaan, kebermanfaatan, dan cinta tanah air—nilai yang hidup dalam setiap aktivitas usaha, yayasan, maupun penghargaan yang mereka gagas.

Tidak mengherankan jika setiap kali Penghargaan Achmad Bakrie digelar, publik tidak hanya menyaksikan sebuah seremoni. Lebih dari itu, ajang ini menjadi momen refleksi nasional, bahwa warisan terbesar Achmad Bakrie adalah inspirasi abadi: kerja keras, kemandirian, dan dedikasi untuk kemajuan bangsa.

Penghargaan Achmad Bakrie XXI 2025: Apresiasi yang Terus Hidup

Pada tahun 2025, Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) ke-21 kembali hadir sebagai bukti konsistensi keluarga Bakrie dalam menghargai karya anak bangsa. Lima penerima penghargaan dari lintas disiplin dipilih melalui proses seleksi ketat oleh dewan juri independen, mencakup bidang pemikiran sosial, seni dan budaya, sains dan teknologi, kesehatan, hingga penghargaan khusus Lifetime Achievement Award.

Sejak pertama kali digelar, PAB bukan hanya ajang penghormatan bagi individu berprestasi, melainkan juga perayaan atas nilai Trimatra Bakrie. Filosofi keindonesiaan, kemanfaatan, dan kebersamaan kembali ditegaskan dalam setiap pemberian penghargaan, mengingatkan publik bahwa kesuksesan sejati bukan hanya milik pribadi, tetapi memberi dampak nyata bagi masyarakat luas.

Lebih jauh, penyelenggaraan PAB XXI 2025 juga mempertegas relevansi warisan Achmad Bakrie. Sosok visioner ini menempatkan ilmu pengetahuan, kecerdasan, dan kepedulian sosial sebagai landasan utama membangun bangsa. Setiap penerima penghargaan tidak hanya dipandang dari pencapaiannya, melainkan juga dari makna dan dampak mendalam yang ditorehkan bagi Indonesia.

Dengan demikian, PAB XXI bukan sekadar panggung apresiasi, tetapi cermin dari gagasan besar Achmad Bakrie: bahwa warisan paling berharga bukanlah harta, melainkan nilai dan inspirasi yang terus hidup lintas generasi. {radaraktual}