Politiknesia.com

Ada Darah Patriot dan Ulama Besar Tanah Pasundan Mengalir di Diri Ridwan Kamil

Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil mengungkapkan kisah patrotisme mendiang kakeknya yang merupakan keturunan ulama besar di daerah Kabupaten Subang, bernama KH Muhyidin atau yang dikenal dengan Mama Pagelaran.

“KH Muhyiddin, seorang pahlawan yang di era kolonial membela, bertempur, melawan Belanda. Kemudian di era DI juga melawan DI/TII, di era PKI juga melawan PKI. Sehingga dalam definisi kiai pejuang, beliau adalah yang nyata memberikan jasa kepada republik ini,” kata Gubernur Ridwan Kamil dalam keterangan tertulisnya, di Bandung, Rabu.

KH Muhyiddin juga menjadi sosok yang menguatkan dan meneguhkan Ridwan Kamil dalam menghadapi permasalahan gugatan dari Panji Gumilang terkait Pesantren Al-Zaytun.

Selain ulama besar, KH Muhyiddin juga pejuang Kemerdekaan RI dan masuk dalam pahlawan nasional dari Kabupaten Subang. Keturunan Mama Pagelaran, kata dia, sampai saat ini mengurus sembilan pesantren di Jawa Barat, salah satunya Pesantren Pagelaran.

“Kebetulan para keturunannya yang mengurusi sembilan pesantren sekarang, tentunya pesantren yang Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja), yang tentunya terdepan mewarisi nasihat agama Islam dan membela NKRI,” kata Ridwan Kamil.

Sementara itu Ketua PWNU Jawa Barat KH Juhadi Muhammad menuturkan kadar NU Ridwan Kamil lahir dari silsilah atau nazab dengan KH Muhyiddin. “Benar (Ridwan Kamil) NU,” kata KH Juhadi.

Walaupun tidak mengetahui secara pribadi, menurutnya, pesantren peninggalan KH Muhyiddin mengajarkan Aswaja yang yang diikuti oleh mayoritas umat Islam Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama (NU).“Beliau (Ridwan Kamil) sering menyampaikan kakeknya itu panglima Hizbullah dan memang pesantren peninggalan kakeknya mengajarkan Aswaja,” kata dia.

KH Muhyiddin yang lahir di Garut pada 1878 merupakan ulama yang memiliki jalan dakwah menantang kolonialisme, sehingga pernah dipenjarakan penjajah Belanda. Kemudian setelah proklamasi kemerdekaan ia membentuk pasukan Hizbullah Pagelaran yang terdiri dari santri, alumni santri, jamaah pengajian, dan masyarakat Subang.

Pasukan Hizbullah pun ikut terlibat dalam penyergapan konvoi tentara NICA di Ciater bersama BKR kala itu. Kedatangan NICA ke Tanah Air tahun 1946 ingin merebut kembali NKRI.

Pada tahun 1900-an Bupati Sumedang Pangeran Wiriakusumah merasa warga mukmin Sumedang membutuhkan edukasi pakar agama, sehingga KH Muhyiddin didatangkan dan pada tahun 1910 mendirikan Pesantren Cimalaka. Setelah 10 tahun dia alih ke tempat terasing di Cimeuhmal, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang. Di tempat itu dia mendirikan Pesantren Pagelaran.(Sumber)