Jakarta, –Putra Raja Salman bin Abdulaziz telah dianggap sebagai pemimpin de fakto negara kaya minyak itu.
Keputusan kerajaan berisi pengumuman promosi putra mahkota yang biasa disebut MBS, dari wakil PM dan menteri pertahanan ditetapkan dalam perkecualian undang-undang dasar.
Seorang pejabat mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa langkah itu sejalan dengan delegasi tugas-tugas sebelumnya dari raja kepada putra mahkota.
“Putra mahkota…telah mengawasi badan eksekutif negara setiap hari dan peranan baru sebagai perdana menteri berdasarkan konteks itu,” kata pejabat itu.
Ali Shihabi, seorang analis masalah Saudi, dalam cuitan promosi Mohammed bin Salman menyebut langkah ini “meresmikan peranan aktualnya dan menghapuskan masalah protokoler dengan kepala negara lain.”
Cuitan itu menambahkan, “Ia kini sejajar dengan kepala negara secara de jure dan bukan hanya de fakto.”
Raja Salman, 86, yang telah dua kali masuk rumah sakit tahun ini, akan tetap memimpin pertemuan kabinet.
Ketetapan kerajaan menyebut putra raja lainnya, Pangeran Khalid bin Salman, sebagai menteri pertahanan baru.
Sementara Pangeran Abdulaziz bin Salman, putra raja lain tetap akan memegang jabatan sebagai menteri energi negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu.
Dipuji dan dikritik
Hanya segelintir pihak di luar Arab Saudi yang mengetahui tentang Mohammed bin Salman sebelum ayahnya menjadi raja pada 2015.
Ia dipuji karena melakukan reformasi sosial dan ekonomi di negara kerajaan itu, termasuk menghapus larangan mengemudi bagi perempuan dan mencoba diversifikasi ekonomi selain minyak.
Namun ia juga banyak dikritik karena mengibarkan perang di Yaman yang menyebabkan bencana kemanusiaan dan juga menekan para pembangkang dengan menerapkan hukuman penjara, sekalipun bagi yang kritis di media sosial.
Reputasi internasional MBS terguncang setelah jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, pengkritik kebijkannya, dibunuh oleh agen Saudi di konsulat di Istanbul pada 2018.
Badan intelijen Amerika Serikat menyimpulkan MBS menyepakati operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi, namun ia menyanggah terlibat.
Melonjaknya harga minyak dunia karena invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan putra mahkota Saudi itu didekati lagi oleh para pemimpin Barat akhir-akhir ini. Presiden AS Joe Biden bertemu dengannya di Jeddah bulan Juli lalu walaupun pernah bertekad akan mengucilkan MBS karena pembunuhan Khashoggi.
Baca artikel sumber disini.