Pemerintah terus melakukan penguatan kerja sama bilateral untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya dengan Jerman.
Tercatat pada 2022, total perdagangan Indonesia-Jerman mencapai 7,04 miliar dolar AS dan realisasi investasi Jerman ke Indonesia sebesar 195,5 juta dolar AS. Dengan potensi tersebut, Pemerintah terus mendorong kebijakan strategis hilirisasi guna meningkatkan added value serta membangun kerja sama yang lebih optimal.
Hal tersebut disampaikan Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto saat melakukan pertemuan dengan Diaspora Indonesia di Kedutaan Besar RI, Berlin, Jerman. Kunjungan Airlangga ke Jerman untuk menghadiri pembukaan Hannover Messe 2023. Ikut mendampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Airlangga mengatakan, nilai total perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa tercatat mencapai 26 miliar dolar AS. Angka ini masih tertinggal dari Vietnam yang mencatat nilai perdagangan dengan Uni Eropa sebesar lebih dari 60 miliar dolar AS.
“Salah satu yang berperan besar pada tingginya nilai perdagangan bilateral Vietnam dengan Uni Eropa adalah keberadaan perjanjian perdagangan bebas,” beber Airlangga.
Airlangga juga menekankan bahwa hubungan kerja sama antara Indonesia dan Uni Eropa dapat ditingkatkan salah satunya dengan mendorong percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-European Union CEPA (IEU-CEPA) yang sudah dimulai sejak tahun 2016. Dengan kesepakatan IEU-CEPA tersebut diharapkan berbagai hambatan perdagangan seperti isu diskriminasi sawit, gugatan terhadap sumber mineral (nikel) di WTO dan isu deforestasi dapat terselesaikan.
Lebih lanjut, Airlangga juga menjabarkan terkait potensi resesi di tahun 2023 yang hanya sebesar 3 persen saja. Penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh Indonesia juga diakui sebagai salah satu yang terbaik oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut dia, pada gelaran Presidensi Indonesia di G20 tahun lalu, Indonesia berhasil set the tone, antara lain dicapainya konsensus dari semua negara anggota yang menyepakati G20 Bali Leaders’ Declaration, termasuk menyatukan posisi Rusia dan negara-negara G7 yang tengah berseteru karena perang di Ukraina.
“Indonesia memandang perlu untuk menjaga hubungan yang seimbang dengan semua negara di dunia. Keberhasilan pendekatan diplomasi Indonesia tersebut sangat diapresiasi oleh negara-negara lainnya,” jelas Menko Airlangga.
Selanjutnya pahun ini, Indonesia juga menjabat sebagai Chairman ASEAN dan berupaya untuk bisa menghasilkan berbagai terobosan penting, termasuk integrasi digital ekonomi di kawasan ASEAN.
Dalam kesempatan ini, Airlangga menjelaskan lebih lanjut terkait keunggulan Indonesia dalam pengolahan sumber daya alam hingga potensi besar berupa sumber daya manusia yang melimpah dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan nasional. Untuk itu, Airlangga memandang perlu agar Indonesia dapat mempercepat proses pembangunan dengan memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki.
Selain itu, isu penting lainnya yang mengemuka pada pertemuan tersebut adalah dorongan peningkatan kerja sama antara industri dan institusi pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Vokasi. “Ketika menetapkan target peningkatan income per capita dari 4000 dolar AS ke 12.000 dolar AS, salah satu yang harus dibangun adalah sumber daya manusia. Sebagai bukti keseriusan, Pemerintah bahkan memberikan insentif berupa super deduction tax hingga 200 persen,” katanya.
Diaspora Indonesia di luar negeri diharapkan juga dapat mendorong kerjasama konkret dalam agenda pembangunan nasional.(Sumber)