Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut potensi ekonomi sirkular sangat besar. Ekonomi sirkular bahkan diyakini bakal mendorong sistem perekonomian dan kebidupan Tanah Air.
“Tantangan isu lingkungan yang sedang berlangsung, antara lain peningkatan karbon, masalah kelautan dan degradasi lahan, membuat pendekatan yang berkelanjutan.
Dalam bidang ekonomi global, dibutuhkan lebih dari sebelumnya,” kata Airlangga saat menjadi pembicara utama di seminar Blue, Green, and Circular Economy di Labuan Bajo yang diterima melalui keterangan tertulis, Rabu, 13 Juli 2022.
Dalam bidang ekonomi sirkular, Airlangga mendorong pengolahan limbah dan proses produksi yang dapat didaur ulang. Sehingga, siklus penggunaannya lebih panjang.
Dengan daur ulang, pemerintah menargetkan mengurangi limbah pada setiap sektor sebesar 18-25 persen, mengurangi emisi C02 126 juta ton dan hemat penggunaan air sampai 6,3 miliar kubik. Sektor yang dimaksud adalah lima sektor prioritas dalam implementasi ekonomi sirkular.
Kelimanya, yakni makanan dan minuman, tekstil, konstruksi, ritel yang berfokus pada kemasan plastik, serta elektronik. Ketua Umum Partai Golkar ini juga yakin ekonomi sirkular dapat menyerap 4,4 juta tenaga kerja pada tahun 2030.
“Saat ini, hanya 8,6 persen dari ekonomi dunia yang melingkar, menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan,” kata Airlangga.
Airlangga memperkirakan ekonomi sirkular dapat memberikan manfaat bagi perekonomian atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia USD4,5 triliun hingga 2030.
Ekonomi sirkular memiliki peranan penting dalam mendukung sustainable goals dengan merancang pengurangan limbah dan polusi dari sistem ekonomi, selain ekonomi biru dan hijau.
Di Indonesia, menurut Airlangga, pendekatan sirkular memberikan banyak manfaat. Di antaranya menghasilkan tambahan PDB ekonomi sebesar Rp593 triliun hingga Rp638 triliun.
Bukan itu saja, ekonomi sirkular mengurangi limbah di setiap sektor sebesar 18 hingga 52 persen dan mengurangi emisi CO2 sebesar 126 juta ton. Termasuk, penggunaan air sebesar 6,3 miliar meter kubik.
Kemudian, menciptakan 4,4 juta pekerjaan kumulatif bersih dan menciptakan penghematan rumah tangga tahunan mencapai hampir 9 persen. Kendati demikian, sejauh ini hanya 8,6 persen dari ekonomi dunia yang sirkular.
“Ini menunjukkan bahwa masih banyak hal yang perlu dilakukan,” kata dia.
Airlangga menekankan sistem ekonomi dengan pendekatan ekonomi biru, hijau, dan sirkular sangat diperlukan meskipun memiliki peluang sekaligus tantangan tersendiri.
Airlangga mengajak semua orang untuk menjaga keseimbangan alam baik di darat maupun laut dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
“Kita perlu mengatasi masalah pembiayaan serta memastikan bahwa kebijakan nasional sejalan dengan janji global,”(Sumber)