Politiknesia.com
Parpol  

Peneliti dari Voxpol Sebut Golkar Rugi Kalau Tidak Mengajukan Airlangga Hartarto

Airlangga Hartarto Ketua KPCPEN memberikan keterangan terkait target percepatan vaksinasi Covid-19, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (3/2/2021). Foto: Biro Pers Setpres

Jakarta, Presiden Joko Widodo memuji Airlangga Hartarto Ketua Umum Golkar sebagai pemimpin yang memiliki jam terbang tinggi.

Menurut Presiden, sosok seperti Airlangga dibutuhkan Indonesia untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi global.

“Pemimpin ke depan harus kita pilih yang memiliki jam terbang yang tinggi. Salah satu yang saya lihat seperti Bapak Airlangga Hartarto,” ucap Jokowi pada acara peringatan ulang tahun ke-58 Partai Golkar, di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Pangi Syarwi Chaniago Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting menilai pujian Presiden itu membuka peluang sosok Airlangga sebagai calon wakil presiden pada Pilpres 2024.

“Pak Airlangga peluang untuk jadi calon wakil presiden masih realistis. Kenapa? Karena dia memimpin partai besar yang mesinnya bagus,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (25/10/2022)

Menurutnya, Golkar bisa jadi rugi kalau tidak mengajukan Airlangga dalam kontestasi 2024. Dengan munculnya nama Kader Golkar dalam pilpres, partai berlambang pohon beringin itu juga berkesempatan mendapatkan tambahan dukungan elektoral.

“Sangat disayangkan kalau Golkar nanti tidak ikut kontestasi Pilpres. Baik sebagai capres atau cawapres. Kalau efek Airlangga bagus, maka Golkar juga ikut terbantu,” ungkapnya.

Selain itu, Pangi menilai pernyataan Presiden juga menyiratkan pesan agar Golkar tidak gegabah menentukan langkah politik. Golkar seperti diminta menunggu dan mengikuti arahan dari Jokowi.

“Statemen Pak Jokowi itu menunjukkan kalau Golkar harus ikut arah angin Pak Jokowi. Artinya, dukungan akan berlabuh tapi harus menunggu komandonya,” jelas Pangi.

Dia menambahkan beberapa frasa penyataan Jokowi sebelumnya yang bisa dimaknai sebagai pesan politik pada Golkar, antara lain ojo kesusu (jangan terburu-buru) dan ojo sembrono (jangan ceroboh).

“Itu bisa kita pahami maknanya tunggu perintah dan arahannya. Keputusan akhir nantinya akan muncul dari Jokowi dan Megawati Soekarnoputri terkait nama pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden. Mungkin saja nanti Airlangga dipakai sebagai cawapres. Untuk capresnya, tentu Pak Jokowi sama Bu Megawati yang menentukan,” pungkasnya.

Sementara itu, Yusa Farchan Pengamat Politik dari Citra Institute mengatakan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memiliki program yang akan melanjutkan arah dan kebijakan Presiden Joko Widodo.

Yusa menyebut, itu menjadi pembeda dengan koalisi mau pun capres lain yang sudah diumumkan.

“Yang menarik, ada suasana persahabatan yang hangat antara Presiden dan ketua Umum Partai Golkar Airlangga, dan KIB dengan tegas mengatakan akan melanjutkan program pemerintahan Jokowi. Misalnya KIB sudah menyusun PATEN, saya kira itu yang membedakan dari deklarasi koalisi pengusung capres lain,” katanya.

Komunikasi politik seperti itu, menurutnya makin menegaskan KIB berada di bawah bayang-bayang Jokowi.

“Ini bentuk penegasan KIB secara politik berada di bawah bayang-bayang Jokowi, yaitu melanjutkan pemerintah, dan berupaya menjaga keberlanjutan program-program Jokowi. Sifatnya saling membutuhkan, karena Jokowi juga ingin programnya dilanjutkan oleh mereka yang berkomitmen,” imbuhnya.

Yusa melanjutkan, sikap KIB berbeda dengan bakal capres lain seperti Anies Baswedan dan Prabowo Subianto yang sekadar mengikrarkan diri, tapi belum menyampaikan program kerja. Dengan begitu, KIB boleh jadi mendapat kepercayaan serta dukungan dari Jokowi.

“KIB mendeklarasikan mereka paling siap melanjutkan agenda pemerintah ke depan. Itu yang membuat beda deklarasi calon presiden dari parpol lain. Waktu Anies dideklarasikan NasDem tidak ada statement tegas, begitu juga waktu Prabowo diusung Gerindra,” tandasnya.

 

Baca artikel sumber disini.

Leave a Reply