Rombongan pengangkut bantuan kemanusiaan untuk penduduk Jalur Gaza tertahan di dekat perbatasan Mesir, pada Minggu (15/10). Situasi itu diakibatkan oleh pengepungan total dan bombardir habis-habisan yang dilakukan Israel sejak awal pekan lalu.
Adapun bantuan kemanusiaan ini sangat diperlukan oleh lebih dari dua juta rakyat Palestina — yang merana akibat tak lagi menerima pasokan makanan, air, listrik, dan bahan bakar sepekan terakhir.
Dikutip dari AFP, krisis terjadi usai pintu gerbang penyeberangan Rafah — satu-satunya jalan masuk dan keluar Jalur Gaza yang tidak dikontrol oleh Israel, telah ditutup sejak Selasa (10/10).
Penutupan pintu gerbang penyeberangan Rafah dilakukan setelah Israel menargetkan tiga serangan udara ke pos perbatasan Palestina dalam kurun waktu 24 jam.
Hari ini, para saksi mata mengatakan blok-blok beton yang dipasang oleh Mesir untuk menbentengi perbatasan pasca-pengeboman Israel masih berada di tempatnya. Dengan kata lain, tidak ada jalur dibuka untuk pasokan bantuan kemanusiaan masuk.
Padahal, pasokan bantuan dari negara-negara tetangga seperti Turki, Yordania, dan Uni Emirat Arab (UEA), telah tiba di Bandara El Arish — yang berjarak sekitar 50 km dari Rafah.
Bantuan tersebut juga mencakup stok obat-obatan yang dipasok oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan cukup untuk memenuhi kebutuhan 300 ribu orang.
Mesir, pada gilirannya, telah mengerahkan rombongan 100 truk yang mengangkut sekitar 1.000 ton bantuan kemanusiaan.
Adapun Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, pada Senin (9/10) telah memerintahkan ‘pengepungan total’ di Jalur Gaza sekaligus mendesak rakyat Palestina di sana untuk mengungsikan diri — mengantisipasi serangan darat yang bakal diluncurkan segera.
Kemudian pada Jumat (13/10), Menteri Energi Israel Katz menyebut bahwa bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza baru bisa dipulihkan setelah Hamas membebaskan tawanannya yang diperkirakan ada ratusan orang Israel.(Sumber)