Politiknesia.com

Buka World Peace Forum ke-8, Bamsoet Ajak Semua Pihak Wujudkan Perdamaian Dunia

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengungkapkan indeks perdamaian global terus mengalami penurunan. Menurut data yang dirilis Institute for Economics and Peace, indeks penurunan global menurun hingga 3,2% dalam kurun waktu 14 tahun terakhir.

Hal tersebut ia sampaikan saat membuka World Peace Forum (WPF) ke-8 bersama Ketua Center for Dialogue and Cooperation Among Civilizations M. Din Syamsuddin di Surakarta, Kamis (17/11). Dalam kesempatan itu, Bamsoet menyampaikan supremasi hukum dan penghormatan terhadap hak asasi manusia kian melemah.

“Kita pun harus merenungkan kembali, apakah komunitas internasional sudah melangkah di jalan yang tepat dalam memperjuangkan keadilan global, ketika World Justice Project pada Oktober 2022 mengungkapkan bahwa 61% dari 140 negara yang disurvei, tingkat kepatuhan terhadap supremasi hukum justru mengalami penurunan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia kian melemah,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Kamis (17/11/2022).

“Di sisi lain, keadilan global juga akan sulit diwujudkan, manakala kepatuhan terhadap norma dan hukum internasional masih menjadi isu yang diperdebatkan dan dalam penerapan sanksinya pun masih menyisakan persepsi adanya perbedaaan standar,” sambungnya.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan di tengah modernitas zaman yang terus melaju dengan ditopang kemajuan teknologi, catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan per Juli 2022, terdapat sekitar 345 juta orang penduduk dunia dalam kondisi sangat kelaparan.

Selain itu, lanjut Bamsoet, pandemi COVID-19 yang melanda selama dua tahun lebih telah menghantam perekonomian rakyat yang berdampak pada melemahnya tingkat kesejahteraan masyarakat global.

“Resesi ekonomi dan peningkatan angka pengangguran menjadi isu yang mengemuka di berbagai negara. International Labour Organization memproyeksikan tingkat pengangguran global bisa mencapai 207 juta orang pada tahun 2022, sekitar 73 juta diantaranya adalah kelompok usia muda,” ucapnya.

Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan di tengah gambaran paradoks dalam mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat global tersebut, World Peace Forum (WPF) menawarkan gagasan menarik untuk menjadikan Persaudaraan Insani dan Jalan Tengah sebagai pondasi dan titik tumpu.

Persaudaraan Insani, sebagaimana merujuk pada dokumen Human Fraternity for World Peace and Living Together yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmed el-Tayeb pada 4 Februari 2019 merupakan penegasan komitmen untuk membangun sinergi dan kolaborasi dalam menghadapi berbagai krisis global, seperti konflik bersenjata/perang, penindasan, dan kemiskinan.

“Dokumen ini mengedepankan pendekatan transendental untuk membangun semangat persahabatan dan persaudaraan antar umat manusia. Dokumen ini juga dapat dimaknai sebagai kritik atas realitas global, yang belum sepenuhnya sepadan dengan besarnya upaya kita untuk mewujudkan kehidupan dunia yang damai, adil, dan sejahtera,” tuturnya.

Bamsoet menambahkan aspek kedua adalah konsep Jalan Tengah, yakni dengan menarik benang merah dari setiap pemicu terjadinya krisis global. Salah satunya adalah melalui gap, ketimpangan, dan ketidakseimbangan, baik dalam dimensi ekonomi, sosial, maupun politik.

Bamsoet menuturkan Bumi saat ini sudah bertambah ‘tua’. Kemampuan Bumi untuk menopang kehidupan umat manusia pun semakin menurun, seiring dengan semakin menipisnya dukungan sumber daya alam, terutama sumber daya yang tidak dapat diperbarui.

Kondisi ini turut diperburuk oleh krisis iklim dan kerusakan lingkungan, yang sebagian besar disebabkan oleh kelalaian manusia yang saat ini sudah mencapai 8 miliar jiwa di permukaan Bumi.

“Berbagai gambaran ketidakseimbangan tadi meniscayakan hadirnya langkah terobosan. Di sinilah peran penting dari gagasan Jalan Tengah, untuk mendorong terwujudnya keseimbangan tersebut, untuk meminimalisir, dan sekaligus menjadi solusi, atas terjadinya berbagai krisis global,” kata Bamsoet.

“Kata kunci dari konsepsi Jalan Tengah adalah toleransi dan inklusivitas. Toleransi mendorong lahirnya sikap moderat dan tenggang rasa, bahwa keberagaman dalam budaya, agama, dan berbagai atribut primordialisme lainnya, tidak menghapus fitrah bahwa kita adalah satu saudara dalam kemanusiaan,” pungkasnya.

Baca juga: Momen Bamsoet Serahkan Trofi Juara Race 2 World Supersport di Mandalika
Turut hadir secara virtual dalam forum tersebut antara lain, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12 sekaligus Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nasir, dan Ketua Cheng Ho Multicultural and Education Trust Tan Sri Lee Kim Yew.

Adapun delegasi WPF yang hadir lebih dari 10 negara dunia, di antaranya Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof Sofyan Anif, Penasehat Dewan Fatwa Al-Azhar Mesir Syaikh Prof. Dr. Abbas Suman, Dicastery for Interreligious Dialogue Vatican Rev. Laurent Basanese SJ, dan Emeritus Professor of Indonesian Politics at The Australian National University Prof. Greg Fealy.

Hadir pula President-Moderator of Asian Conference of Religions for Peace Prof. Desmond Cahill, Former Grand Mufti of Bosnia and Herzegovina Dr. Mustafa Ceric, serta Dean of Faculty of Islamic Sciences of Al-Azhar University Egypt Prof. Dr. Nahla Shabri Shu’aidi.(Sumber)

Leave a Reply