Sembilan bulan menjelang pemilu presiden 2024, isu penting yang menjadi sorotan publik bukan hanya mengenai siapa calon presiden (capres) yang akan bertarung, melainkan juga siapa saja tokoh yang akan mungkin menjadi calon wakil presiden (cawapres).
Dalam survei terbaru yang dirilis oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Jumat (19 Mei 2023), diungkapkan bahwa indeks Calon Wakil Presiden (Cawapres) juga menjadi isu penting dalam temuan survei yang dilakukan oleh LSI Denny JA pada periode 3-14 Mei 2023.
Prabowo Disebut Ungguli Capres Anies dan Ganjar, LSI Denny JA Ungkap Alasannya
LSI Denny JA merumuskan lima variabel yang menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan Cawapres.
Kelima variabel tersebut adalah tambahan elektabilitas, kuasa tiket (ketua umum partai), tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.
“Indeks cawapres ini dibuat berdasarkan pengalaman pemilu sebelumnya dan realitas politik. Cawapres dipilih bukan semata faktor elektabilitas. Namun, gabungan lima faktor utama yang kami sebut sebagai indeks cawapres,” ungkap peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfarabi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, 19 Mei 2023.
Ia menjelaskan, dari riset kualitatif dan expert judgement yang dibuat LSI Denny JA, setiap nama dari delapan cawapres dinilai dari kelima variabel tersebut. Delapan nama cawapres yang diuji adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, Said Aqil Siradj, dan Sandiaga Uno.
Hasilnya tak ada satupun cawapres ideal yang memenuhi kelima variabel yang harus dipenuhi Cawapres. Dan tak ada satupun Cawapres yang menambah elektabilitas signifikan bagi Capres,” terangnya.
Menurut survei LSI Denny JA, dari kedelapan nama tersebut, Airlangga Hartarto adalah cawapres dengan indeks tertinggi karena memenuhi paling banyak tiga variabel, yaitu kuasa tiket (ketum partai), pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.
Di bawah Airlangga Hartarto, ada lima cawapres yang memenuhi dua dari lima variabel, yaitu Sandiaga Uno, Erick Thohir, Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, dan Muhaimin Iskandar. Sementara, cawapres yang hanya memenuhi satu variabel saja adalah AHY dan Said Aqil Siradj.
“Jika capres diputuskan melalui pertimbangan elektabilitas atau dukungan publik terhadap tokoh itu berdasarkan survei, cawapres sepenuhnya diputuskan berdasarkan kesepakatan segelintir elit partai saja dengan mempertimbangkan empat variabel diatas, selain tambahan elektabilitas,” sambungnya.
Selain soal indeks cawapres, Adjie juga mengungkapkan temuan LSI Denny JA lainnya yang menyebut bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto merupakan calon presiden (capres) pertama yang memenuhi ambang batas minimal lolos putaran kedua Pilpres 2024.
LSI Denny JA menemukan bahwa jika Pilpres 2024 diikuti oleh tiga pasangan capres, maka hampir dipastikan akan dilangsungkan dalam dua putaran.
Setiap Capres harus mencapai minimal dukungan 33,3 persen untuk bisa lolos ke putaran kedua. Dukungan 33,3 persen adalah the magic number yang harus dicapai Capres untuk lolos putaran kedua.
LSI Denny JA mencatat, pada survei Mei 2023, elektabilitas Prabowo Subianto mencapai 33,9 persen, Ganjar Pranowo sebesar 31,9 persen, dan Anies Baswedan sebesar 20,8 persen. Mereka yang belum memutuskan ataupun tidak menjawab tersisa sebesar 13,4 persen.
Survei LSI Denny JA pada Mei 2023 juga menemukan untuk pertama kalinya dalam setahun terakhir elektabilitas Ganjar Pranowo mengalami penurunan.
Sejak Mei 2022, elektabilitas Ganjar Pranowo cenderung naik dari serial survei LSI Denny JA. Pada Mei 2022, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah ini masih di bawah Prabowo Subianto di angka 27,9 persen. Namun, kemudian cenderung naik hingga puncaknya pada Januari 2023 dengan elektabilitas sebesar 37,8 persen.
Setahun kemudian, pada Mei 2023, elektabilitas Ganjar Pranowo turun di angka 31,9 persen.
Selain itu, survei LSI Denny JA juga menemukan bahwa Anies Baswedan adalah mesin yang lambat panas. Elektabilitas Capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) ini tak banyak berubah dalam setahun terakhir.
Sejak Mei 2022 hingga saat ini, elektabilitas Anies Baswedan cenderung stagnan di angka 21-22 persen. Dengan angka elektabilitas ini, Anies Baswedan selalu berada di bawah Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo dalam semua simulasi.
Isu penting lainnya dalam temuan survei LSI Denny JA adalah menang-kalahnya tiga capres di enam kantong pemilih besar.
Pertama, di pemilih Islam, Prabowo Subianto unggul dibanding Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Dukungan kepada Prabowo Subianto sebesar 34,6 persen, Ganjar Pranowo 31,2 persen, dan Anies Baswedan 21,6 persen. Sementara di pemilih Non Islam, Ganjar Pranowo mengungguli Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Kedua, di pemilih kantong pedesaan, Prabowo Subianto unggul dibanding Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Pada pemilih desa, dukungan terhadap Prabowo mencapai 34,8 persen, Ganjar Pranowo 31,2 persen, dan Anies Baswedan 18,3 persen. Sementara pada pemilih yang tinggal di perkotaan, Ganjar Pranowo mengungguli Prabowo dan Anies.
Ketiga, pada pemilih muda dan lansia, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo saling mengalahkan. Di pemilih muda di bawah 40 tahun maupun pemilih 40-49 tahun, Prabowo mengungguli Ganjar. Sementara di pemilih usia lansia, Ganjar Pranowo memperoleh dukungan 38,3 persen, Prabowo Subianto 33 persen, dan Anies Baswedan 17,9 persen.
Keempat, kantong pemilih kelas ekonomi. Di pemilih wong cilik, Prabowo Subianto memperoleh dukungan sebesar 34,8 persen, sedangkan Ganjar Pranowo 33,0 persen. Sementara di pemilih ekonomi mapan, Prabowo bersaing ketat dengan Anies dengan sama-sama memperoleh dukungan 31,7 persen. Di kelas ekonomi menengah, Prabowo unggul atas Ganjar maupun Anies.
Kelima, kantong pemilih kelompok terdidik. Di kantong pemilih terdidik yang tamat D3 ke atas, Anies Baswedan memperoleh dukungan sebesar 33,7 persen, Ganjar Pranowo 27,2 persen, dan Prabowo Subianto 25,6 persen. Namun di pemilih berpendidikan rendah, Prabowo mengungguli Ganjar dan Anies.
Keenam, pada pemilih perempuan, Ganjar Pranowo memperoleh dukungan sebesar 30,6 persen, Prabowo Subianto 27,6 persen, dan Anies Baswedan 21,5 persen. Sementara di pemilih laki-laki, Prabowo unggul dibanding Ganjar dan Anies.
Adapun survei terbaru yang dirilis LSI Denny JA dilaksanakan pada periode 3-14 Mei 2023 dengan metodologi multi-stage random sampling. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia dengan margin of error sebesar 2,9 persen.
Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, dan focus group discussion.
Adjie menambahkan, sembilan bulan sebelum Pilpres 2024, peluang Prabowo Subianto untuk memenangkan pesta demokrasi lima tahunan lebih besar ketimbang peluangnya pada Pilpres 2014 dan 2019.
Pasalnya, meski Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan adalah tokoh populer, mereka belum sekuat Presiden Jokowi yang saat itu menjadi kompetitor Prabowo Subianto. Bahkan, lebih mudah bagi Prabowo Subianto mengalahkan Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan ketimbang mengalahkan Presiden Jokowi di zamannya.
LSI Denny JA menyebut lagu yang acap dinyanyikan Elvis Presley berjudul “It’s Now or Never” berlalu untuk Prabowo. Dia mengatakan, sejak Konvensi Partai Golkar untuk Presiden pada 2004, Prabowo Subianto sudah hadir. Hingga pada Pilpres 2009 menjadi cawapres, serta pada Pilpres 2014 dan 2019 sebagai capres.
“It is now. Hanya sekaranglah kesempatan terakhir Prabowo untuk terpilih sebagai Presiden RI. Kondisi ini memberikan semangat ekstra kepada Prabowo,” tandasnya.(Sumber)