Pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg yang menyebutkan bahwa kerja sama antara China dan Rusia di Kutub Utara merupakan sinyal tantangan mendapat tanggapan dari Beijing.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan dalam konferensi pers Rabu (31/8), dengan pernyataan tersebut aliansi militer pimpinan AS itu menunjukkan masih bertahan dalam Perang Dingin.
“NATO salah mengklaim bahwa kerja sama China-Rusia menimbulkan tantangan bagi nilai-nilai dan kepentingan NATO, yang sekali lagi mengekspos upaya NATO untuk mengekspor mentalitas Perang Dingin,” katanya, seperti dikutip dari Xinhua.
“NATO harus membuang pemikiran berbahaya ini karena itu bisa mengacaukan seluruh dunia,” lanjutnya.
Juru bicara itu kemudian menekankan bahwa China menghormati kedaulatan dan yurisdiksi negara-negara Arktik di kawasan ini dan telah bekerja sama dengan berbagai negara untuk mempromosikan pembangunan regional.
Pernyataan Kemenlu China datang setelah Stoltenberg pekan lalu mengisyaratkan bahwa blok itu siap untuk meningkatkan kehadiran militernya di Kutub Utara, dengan alasan bahwa Rusia dan China menimbulkan “tantangan strategis”.
“Pemanasan global membuka banyak peluang untuk pengiriman dan ekstraksi sumber daya alam di kawasan itu, sebuah kenyataan yang dapat dimanfaatkan oleh rezim otoriter seperti Rusia dan China,” menurut Stoltenberg.
Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov mencemooh pernyataan kepala NATO, menekankan kerja sama Moskow dengan China di Kutub Utara tidak menimbulkan ancaman bagi negara lain dan dimaksudkan khusus untuk pembangunan.(Sumber)