Isu Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan akan ditersangkakan kembali berhembus kencang sejak kemarin siang. Kabarnya hari ini KPK akan memaksakan diri mengeluarkan sprindik (surat perintah penyidikan) untuk Anies Baswedan. Hal ini menyusul adanya pemberitaan koran Tempo edisi 1 Oktober 2022 yang terbit dengan judul ‘Manuver Firli Menjegal Anies’.
Ketua KPK, Firli Bahuri ngotot mentersangkakan Anies Baswedan walaupun tidak didukung alat bukti yang cukup. Kengototan Firli ini kabarnya pesanan Istana. Begitu kira-kira kesimpulan kita setelah membaca berita koran Tempo. Istana ingin Pilpres 2024 hanya diikuti oleh dua pasangan calon presiden.
Dua pasangan calon presiden tersebut adalah Prabowo Subianto dan Puan Maharani atau Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Menurut hasil survei, Anies Baswedan selalu menempati tiga besar dengan elektabilitas tertinggi selain Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Selain Anies Baswedan tidak dikehendaki oleh Istana. Kans Anies Baswedan menang Pilpres 2024 sangat besar. Oligarki tidak punya calon sekuat Anies Baswedan. Makanya Anies Baswedan harus dijegal. KPK menjadi tunggangan politik Istana untuk menjegal Anies Baswedan. Firli Bahuri yang pernah tersandung kasus pelanggaran etik berat dan dugaan menerima gratifikasi sewa helikopter.
Persoalan ada bukti atau tidak ada bukti itu nomor sekian. Yang penting Anies Baswedan harus ditersangkakan dan dipenjarakan.
Ada tiga skenario dibalik pentersangkaan Anies Baswedan oleh KPK:
Pertama, Pembunuhan karakter (character assassination) Anies Baswedan untuk melemahkan dukungan terhadap Anies Baswedan.
Hasil Survei CSIS (Centre for Strategic and International Studies) dengan responden berusia 17-39 tahun yang diasumsikan sebagai pemilih muda. Head to head antara Anies Baswedan vs Ganjar Pranowo yang dimenangkan Anies Baswedan dinilai politis. CSIS diduga sedang ‘memprovokasi’ kekuasaan untuk mentersangkakan Anies Baswedan.
Dalam survei CSIS tersebut, Anies Baswedan di pemilih muda mengantongi elektabilitas 47,8 persen. Sementara Ganjar 43,9 persen. Hanya terpaut 3,9 persen.
Kita mencermati dalam beberapa bulan terakhir. Gelombang dukungan terhadap Anies Baswedan semakin tak terbendung. Terakhir, Pemuda Pancasila (PP) menyatakan mendukung Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Dukungan itu disampaikan oleh Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila Japto Soelistyo Soerjosoemarno.
Disamping munculnya gerakan masif pendukung Anies Baswedan di seluruh Indonesia. Militansi pendukung Anies Baswedan yang dikenal dengan pendukung nol rupiah terus bergerak menjemput kemenangan di Pilpres 2024.
Kedua, Penjegalan Anies Baswedan maju Pilpres 2024 melalui pentersangkaan Anies Baswedan oleh KPK dinilai sebagai upaya memancing kemarahan rakyat. Rakyat marah. Politik nasional bergejolak. Keadaan darurat nasional diberlakukan.
Ketiga, Dengan terjadinya gejolak politik nasional yang diprediksi akan berdarah-darah itu merupakan bagian dari agenda terselubung perpanjangan masa jabatan presiden atau munculnya calon presiden boneka jilid dua.
Apakah ketiga skenario tersebut akan berjalan mulus atau justru akan mempercepat jatuhnya rezim Jokowi? Rakyat menemukan momentumnya. Anies Baswedan ditersangkakan, rezim Jokowi jatuh? Wait and see! Wallahua’lam bish-shawab
Oleh: Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial
Jakarta,
8 Rabiul Awwal 1444/4 Oktober 2022 {radaraktual}