Seorang tentara berpangkat kapten menggulingkan Presiden Burkina Faso, Paul-Henri Damiba, tentara berpangkat letnan kolonel yang melakukan kudeta pada Januari 2022.
Tentara bersenjata, berseragam dan bertopeng muncul di televisi di Burkina Faso pada Jumat malam, 30 September 2022, untuk mengkonfirmasi penggulingan Presiden Paul-Henri Damiba, kudeta kedua di negara Afrika Barat yang bermasalah tahun ini.
Pengumuman itu mengakhiri hari yang dimulai dengan tembakan di dekat kamp militer di ibu kota Ouagadougou, ledakan di dekat istana presiden, dan interupsi terhadap program televisi negara.
Ini adalah pola yang semakin akrab di Afrika Barat dan Tengah dalam dua tahun terakhir ketika kelompok afiliasi ISIS membuat kekacauan di wilayah Sahel yang gersang, membunuh ribuan orang dan mengikis kepercayaan pada pemerintah lemah yang belum menemukan cara untuk mengalahkan mereka.
Mali, Chad, dan Guinea mengalami kudeta sejak 2020, meningkatkan kekhawatiran kemunduran demokrasi akibat pemerintahan militer.
Pemimpin baru Burkina Faso adalah Kapten Ibrahim Traore. Dalam adegan yang meniru perebutan kekuasaan Damiba sendiri dalam kudeta 24 Januari, Traore muncul di televisi dikelilingi oleh tentara dan mengumumkan pemerintah dibubarkan, konstitusi dibekukan dan perbatasan ditutup. Dia juga mengumumkan jam malam.
Keberadaan Damiba tidak diketahui pada Jumat malam.
Traore mengatakan sekelompok perwira yang membantu Damiba merebut kekuasaan pada Januari telah memutuskan untuk mencopot pemimpin mereka karena ketidakmampuannya menangani kelompok Islamis. Damiba menggulingkan mantan Presiden Roch Kabore karena alasan yang sama.
“Menghadapi situasi yang memburuk, kami mencoba beberapa kali untuk membuat Damiba memfokuskan kembali transisi pada masalah keamanan,” kata pernyataan yang ditandatangani oleh Traore dan dibacakan oleh petugas lain di televisi.
Pernyataan itu mengatakan Damiba menolak usulan para perwira untuk mereorganisasi militer dan malah melanjutkan struktur militer yang telah menyebabkan jatuhnya rezim sebelumnya.
“Tindakan Damiba secara bertahap meyakinkan kami bahwa ambisinya menyimpang dari apa yang kita rencanakan. Kami memutuskan hari ini untuk mencopot Damiba,” katanya.
Pemangku kepentingan nasional akan segera diundang untuk mengadopsi piagam transisi baru dan menunjuk presiden sipil atau militer baru, katanya.
Penduduk sipil telah menyambut junta militer dengan harapan bahwa mereka mungkin lebih berhasil menahan para pemberontak daripada para pendahulu mereka yang dipilih secara demokratis. Tapi harapan telah memudar dengan cepat.
Burkina Faso menjadi pusat kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan Al Qaeda dan ISIS yang dimulai di negara tetangga Mali pada 2012 dan telah menyebar ke negara-negara Afrika Barat lainnya di selatan Gurun Sahara.
Ribuan orang tewas dalam penggerebekan terhadap masyarakat pedesaan dan jutaan orang terpaksa mengungsi. Minggu ini, sedikitnya 11 tentara tewas dalam serangan di Burkina Faso utara. Puluhan warga sipil masih hilang.
Kudeta hari Jumat menciptakan teka-teki bagi blok politik Afrika Barat, Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), yang telah mencoba membujuk para pemimpin kudeta di kawasan itu untuk kembali ke pemerintahan sipil sesegera mungkin.
ECOWAS menangguhkan Burkina Faso setelah kudeta Januari tetapi sejak itu menyetujui transisi dua tahun kembali ke pemilihan demokratis.
“ECOWAS menegaskan kembali penentangannya terhadap pengambilan atau mempertahankan kekuasaan dengan cara yang tidak konstitusional,” katanya dalam sebuah pernyataan.(Sumber)