Upaya mitigasi emisi global untuk mengantisipasi perubahan iklim terus digenjot pemerintah Indonesia dengan mencanangkan target net zero emission di tahun 2060.
Komitmen Indonesia tersebut ditunjukkan dengan memberikan perhatian penuh pada pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui transformasi ekonomi hijau.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, pengembangan transisi energi menggunakan EBT telah menjadi prioritas yang ditekankan Presiden Joko Widodo.
Termasuk kerja sama Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Cascade antara PT Kayan Hydro Energy dan Sumitomo Corporation yang baru saja dilakukan hari ini, Kamis (6/10).
“Pengembangan PLTA Kayan Cascade yang bisa mengembangkan sampai sekitar 12 GW sudah menjadi bagian dari komitmen Indonesia mencapai net zero emission. Pemerintah juga menargetkan 23% dari keseluruhan sumber energi berasal dari renewable energy di tahun 2026,” kata Airlangga.
Kerja sama tersebut diharapkan bisa menunjukkan kemajuannya di tahun 2023, sehingga dapat meningkatkan kecepatan upaya transisi energi yang tengah dilakukan Indonesia.
Adapun PLTA Kayan Cascade diproyeksikan menjadi PLTA terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan PLTA Kayan Cascade membutuhkan investasi sebesar 17,8 miliar dolar AS.
Kapasitas PLTA Kayan Cascade pada tahap pertama direncanakan sebesar 900 Megawatt (MW), tahap kedua 1.200 MW, tahap ketiga dan keempat masing-masing 1.800 MW, dan tahap kelima 3.300 MW.
Tahap pertama ditargetkan selesai pada 2026. Sementara itu, tahap kedua hingga tahap kelima masing-masing akan memakan waktu 2 hingga 3 tahun dari tahap pertama.
“PLTA Kahyan Cascade merupakan integrated power source yang diharapkan dapat melistriki kawasan industri di Tanah Kuning di Kalimantan Utara dan diharapakan ini juga menjadi integrated economic zone,” demikian Ketua Umum Partai Golkar ini.(Sumber)