Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengaku terkejut atas Keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi dan sekutunya (OPEC plus) untuk memangkas produksi hariannya.
Airlangga khawatir, pengurangan produksi minyak harian oleh OPEC plus kembali membuat anggaran subsidi sektor energi kembali membengkak.
Diketahui, OPEC plus telah mengumumkan akan mengurangi produk minyak hariannya sebesar 2 juta barel merespon dampak kebijakan penyesuaian suku bunga oleh sejumlah bank sentral negara maju. Terutama Bank Sentral Amerika Serikat The Fed.
“Kita dikejutkan keputusan OPEC yang memotong produksi, sehingga harga minyak bertahan di atas USD 90 per barel. Ini catatan bagi Indonesia sangat berpengaruh bagi subsidi energi di Indonesia,” kata Airlangga dalam Investor Daily summit 2022 di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10).
Menko Airlangga pun menjadikan keputusan OPEC plus ini sebagai catatan penting bagi penguatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) Indonesia.
“Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dan langkah ekstrem kita perhatikan dunia bertahan dan Indonesia tetap positif tahun depan,” tutupnya.
Sebelumnya, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC plus menyetujui pengurangan produksi minyak yang tajam pada hari Rabu (5/10). Keputusan ini sontak menyebabkan bentrokan dengan Barat karena pemerintah Amerika Serikat menyebut keputusan mengejutkan itu picik.
Pemimpin de-facto OPEC Arab Saudi mengatakan pemotongan produksi 2 juta barel per hari (bph), sama dengan 2 persen dari pasokan global. Pemangkasan produksi ini diperlukan untuk mendorong kenaikan harga minyak dalam merespon kenaikan suku bunga di Barat dan ekonomi global yang lebih lemah.
Dalam kesempatan itu, pihak Kerajaan Arab Saudi itu juga menolak kritik bahwa mereka berkolusi dengan Rusia, yang termasuk dalam kelompok OPEC plus, untuk mendorong harga lebih tinggi. Sebaliknya, Arab Saudi mengatakan Barat sering didorong oleh ‘arogansi kekayaan’ ketika mengkritik kelompok tersebut.
“Pengurangan pasokan minyak sendiri diputuskan di Wina pada hari Rabu (5/10) diyakini dapat memacu pemulihan harga minyak yang telah turun menjadi sekitar USD 90 dari USD 120 tiga bulan lalu di tengah kekhawatiran resesi ekonomi global, kenaikan suku bunga AS dan dolar yang lebih kuat,” tulis OPEC plus melalui Reuters dikutip, Kamis (6/10).(Sumber)