Singgih Januratmoko merupakan satu dari sekian banyak pendatang baru dari Fraksi Partai Golkar DPR RI. Pria kelahiran Sleman, DIY 7 Januari 1976 ini baru kali pertama terpilih sebagai anggota DPR RI di periode 2019-2024. Singgih Januratmoko berangkat dari karirnya sebagai seorang profesional dalam bidang ternak. Pilihan hidupnya kemudian melabuhkan diri seorang Singgih Januratmoko duduk sebagai seorang legislator Partai Golkar di Senayan.
Tidak ada yang istimewa dari diri seorang Singgih Januratmoko di masa kecilnya. Ia adalah seorang anak yang berada di lingkungan keluarga sederhana. Hal itu bisa terlihat dari jenjang pendidikan yang dilewati oleh seorang Singgih Januratmoko, sejak SD hingga SMA ia selalu bersekolah di lingkungan institusi pendidikan negeri.
Pada tingkatan sekolah dasar, Singgih Januratmoko bersekolah di SD Negeri Ungaran 3, Yogyakarta sedari tahun 1983 sampai tahun 1989. Masa SMP pun ia lewatkan di sebuah institusi pendidikan negeri, SMP Negeri 5 Yogyakarta dari tahun 1989 sampai 1991. Lulus dari SMPN 5 Yogyakarta, Singgih Januratmoko masuk ke salah satu sekolah terbaik di DIY, SMA Negeri 4 Yogyakarta dan berhasil lulus pada tahun 1994.
Singgih Januratmoko di masa remaja merupakan anak yang cerdas dalam bidang akademik. Pantas jika pendidikan tinggi seorang Singgih Januratmoko kemudian dilewatinya di sebuah universitas nomor satu di Indonesia.
Lulus dari SMAN 4 Yogyakarta, Singgih Januratmoko kemudian diterima di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meraih gelar sarjananya. Singgih Januratmoko berhasil lulus tepat waktu saat mengenyam pendidikan di UGM, yakni masuk pada tahun 1994 dan lulus di tahun 1999.
Setelah mendapatkan gelar sarjana, Singgih Januratmoko mengaplikasikan ilmu yang didapatkannya sebagai dokter hewan. Pengalaman mengetahui seluk beluk dunia perhewanan lantas membuatnya tertarik pada dunia ternak unggas.
Dari usaha kecil-kecilan, dengan kombinasi antara kedisiplinan, ketelatenan, dan ilmu pengetahuan ia berhasil mengembangkan usaha ternak unggas yang dimilikinya. Sampai kemudian di tahun 2002 ia mendirikan perusahaan sendiri dalam bidang budidaya dan ternak unggas, PT Janu Putra. Perusahaan tersebut masih berdiri hingga sekarang.
Kesuksesannya dalam bidang usaha ternak unggas kemudian membawa nama Singgih Januratmoko bertengger sebagai Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan (PINSAR) di tahun 2014-2019. Ia terpilih sebagai Ketua Umum Pinsar Indonesia pada Munas IV Pinsar menggantikan Hartono.
Sebelumnya di tahun 2013, untuk memantapkan bisnis yang digelutinya, Singgih Januratmoko melanjutkan pendidikannya untuk meraih gelar Magister Manajemen di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Pilihan mengambil jurusan yang tidak linier karena alasan kebutuhan bisnis yang butuh didalaminya dengan teori ilmu pengetahuan.
Singgih Januratmoko lantas terpilih kembali menjadi Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) periode 2019-2024, melalui forum Munas V Pinsar Indonesia yang berlangsung di Hotel Grand Zuri Tangerang Selatan, pada 2020 lalu.
Di tahun 2018, Singgih Januratmoko mulai melirik organisasi di bidang politik. Ia merasa hal apapun di dunia ini selalu berkaitan dengan politik, termasuk profesinya sebagai seorang peternak.
Kebijakan-kebijakan terkait bidang peternakan yang seringkali merugikannya dan organisasi perhimpunan yang dipimpinnya membuat Singgih Januratmoko memiliki tekad kuat untuk berkecimpung langsung dalam dunia politik. Harapannya tidak lain agar bisa memberikan kontribusi positif bagi dunia yang digelutinya.
Ia kemudian berhasil menduduki posisi sebagai Wakil Ketua Ormas MKGR, salah satu organisasi pendiri DPP Partai Golkar di tahun tersebut. Pada tahun 2018 pula Singgih Januratmoko duduk sebagai fungsionaris DPP Partai Golkar.
Untuk mewujudkan cita-citanya agar kebijakan-kebijakan dunia ternak bisa lebih pro kepada para pegiat usaha perunggasan terutama para peternak mandiri, Singgih Januratmoko lantas memberanikan diri untuk maju dalam calon anggota legislatif DPR RI pada Pemilu 2019 melalui Partai Golkar. Singgih mengatakan, tujuan utamanya menjadi anggota dewan perwakilan rakyat memang untuk memperjuangkan nasib peternak unggas mandiri.
Pria yang sudah berkecimpung selama 20 tahun sebagai peternak ayam ini pernah menyatakan, rendahnya harga unggas di peternakan karena kelebihan suplai. Menurutnya, hal itu terjadi setelah terbitnya Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2009. Dalam UU tersebut, industri diperbolehkan beternak ayam atau budidaya baik broiler maupun layer (ayam petelur).
Menurutnya, UU ini merugikan peternak kecil. Karena dengan beleid tersebut, integrator yang selama ini hanya diperkenankan memproduksi DOC dan pakan ternak serta mengolah daging ayam, mereka kini bersaing dengan peternak kecil dengan menjual produk yang sama ke pasar tradisional.
Padahal menurutnya, dari sisi HPP perhitungannya sudah berbeda. Karena integrator pasti lebih mampu melakukan efisiensi dibandingkan peternak rakyat. Selama ini, peternak rakyat juga mendapatkan pasokan DOC dan pakan ternak dari integrator. Kondisi ini yang membuat hampir setiap tahun terjadi demonstrasi para peternak rakyat yang merasa ketidakadilan.
Namun sejauh ini, pemerintah belum memiliki solusi yang tepat untuk menyelamatkan nasib peternak rakyat. Padahal potensi pengembangan bisnis peternak rakyat menjadi peternak mandiri terbuka lebar. Menurutnya ada perputaran uang sekitar Rp 400 triliun di penjualan unggas di Indonesia setiap tahunnya. Dengan nilai sebesar itu, seharusnya pemerintah lebih peduli pada peternak rakyat.
Sebagai contoh, Singgih sudah terjun menjadi peternak unggas sejak lulus kuliah tahun 1999. Di bawah bendera usaha PT Janu Putra Group, ia awalnya membudidayakan sekitar 1000 – 2000 ekor unggas, namun saat ini sudah cukup besar mencapai sekitar 2,5 juta ekor sekali panen dan bahkan sudah memproduksi DOC hingga bisa memasarkan dan mengolah sendiri.
Namun tidak semua peternak bisa melakukan hal tersebut tanpa dukungan regulasi dari pemerintah. Namun keberhasilannya menjadi peternak mandiri merupakan contoh bahwa peternak rakyat bisa mengembangkan bisnis unggas sehingga integrator tidak perlu lagi masuk ke bisnis budidaya broiler dan layer.
Bila cita-cita tersebut tercapai, maka ia optimistis peternak unggas dapat kembali menguasai pasar tradisional. Sebab saat ini, sekitar 60% pasar ayam di Indonesia dikuasai integrator dan sisanya sektiar 40% oleh peternak mandiri.
Singgih Januratmoko maju mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah V, yang meliputi Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, dan Kota Surakarta. Singgih Januratmoko berhasil terpilih dan menjadi satu-satunya figur Partai Golkar yang terpilih dari Dapil Jateng V. Ia terpilih sebagai anggota DPR RI setelah memperoleh 96.088 suara.
Oleh Fraksi Partai Golkar DPR RI, Singgih Januratmoko ditempatkan di Komisi VI DPR RI yang membidangi urusan Perdagangan, Koperasi, UMKM, BUMN, Investasi, dan Standardisasi.
Selama berkarir di DPR, banyak hal telah dilakukan oleh Singgih Januratmoko, diantaranya adalah Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi VI DPR RI dengan Ketua GP Farmasi, Pertekstilan Indonesia, Gabungan Pengusaha Jamu, Obat, Makanan dan Minuman terkait dengan masukan lintas sektor sehubungan dengan Pandemi Covid-19.
Dalam kesempatan tersebut, Singgih Januratmoko mengatakan perlu menjadwalkan untuk program Raker gabungan dengan berbagai Kementerian dalam menyalurkan bansos program sebesar Rp 110 T untuk pangan dan perlu ada link and match Kemensos kepada pelaku usaha sehingga bantuan yang diberikan bisa membantu industri makanan dan minuman.
Selanjutnya dalam RDP Komisi 6 DPR RI dengan Dirut Bulog, Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia, Dirut PT Berdikari, Dirut PT Sang Hyang Seri dan Dirut PT Pertani terkait laporan ketersediaan bahan pangan selama Covid-19.
Dalam agenda ini Singgih Januratmoko menekankan tentang mana saja lokasi yang bisa dicapai dari mekanisme penjualan Bulog. Kemudian Bulog diharapkan segera melakukan operasi pasar agar masyarakat tidak terdampak kenaikan harga akibat Pandemi Covid-19. Singgih kemudian mengusulkan, agar daging ayam dijadikan prioritas sebagai cadangan pangan nasional karena mengalami over supply.
Dalam RDPU Komisi 6 dengan Dirut Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN dan Pegadaian terkait isu aktual, Singgih Januratmoko juga menekankan sikapnya terkait kebijakan yang harusnya menguntungkan pegiat usaha peternak mandiri. Dalam RDPU itu, Singgih mengatakan bahwa salah satu sektor ketahanan pangan itu adalah ketahanan protein, jadi Singgih berharap kepada Dirut semua bank BUMN di hadapannya untuk mendukung sektor peternakan.
Singgih juga berharap bank BUMN mendukung pengusaha kelas menengah, karena jangan sampai mereka mengambil ke bank swasta. Singgih juga mengatakan untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharapkan ada yang disalurkan melalui bank syariah karena 85% keluarga di Indonesia merupakan keluarga muslim, jadi mereka berharap ada KUR syariah.
Begitulah perjuangan seorang Singgih Januratmoko di DPR RI. Selain kontribusi aktifnya pada agenda-agenda pembahasan dan legislasi di DPR RI, Singgih Januratmoko juga merupakan sosok legislator yang aktif turun ke konstituen. Dalam setiap masa reses, Singgih Januratmoko juga selalu melakukan penyerapan aspirasi secara efektif agar apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat ia realisasikan. {radaraktual}