Suatu ketika di bulan Januari 2022, dalam sebuah acara di Makassar, Sulawesi Selatan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan salah satu statement paling ikonik dalam percakapan politik Indonesia menjelang Pilpres 2024. “Kalau belum waktunya, jangan bunyikan azan.” Katanya waktu itu.
Pernyataan itu dilontarkan Anies untuk menjawab pertanyaan wartawan mengenai kemungkinannya maju sebagai salah satu calon Presiden Republik Indonesia pada Pilpres mendatang. Dengan senyum khasnya, Anies menjawab diplomatis, seraya memberi kesan bahwa waktunya belum tiba. Azan dan shalat menjadi kiasan yang dipilih.
“Jadi kalau tidak boleh adzan, bolehnya apa? Kalau subuh, di sini ada suka tahrim. Kalau tahrim boleh, orang ambil wudhu, datang ke masjid bahwa nanti akan ada azan. Tapi sebelum masuk, jangan azan dulu, semua muazin tahu prinsip itu,” kata Anies waktu itu.
Sembilan bulan berlalu sejak peristiwa itu, tampaknya waktu sudah ‘manjing’ bagi Anies Baswedan untuk melangkah memasuki gelanggang Pilpres 2024. Dan ternyata yang menjadi ‘muazin’ adalah Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem. Dalam sebuah acara yang didesain megah di Nasdem Tower, Senin 3 Oktober 2022 pukul 10.00, Paloh mengumandangkan pencapresan Anies dengan lantang dan menggema.
“Kenapa Anies? Jawabannya adalah, why not the best?” kata Surya Paloh dalam pidatonya. “Kami memikirkan masa depan bangsa. Insya Allah jika Anies terpilih jadi Presiden, pimpinlah bangsa ini jadi bangsa yang lebih bermartabat, yang mampu membentuk karakter daripada bangsa ini sejatinya,” ujarnya.
Mendengar pinangan itu, Anies pun tersipu. Ia tampak memang sudah bersiap menjadi ‘imam’. Sesaat setelah dipersilakan Paloh, Anies berdiri sambil membenahi kancing jasnya. Dengan suara yang jernih ia menjawab panggilan azan Surya Paloh, “Ketika Bang Surya dan Nasdem mengajak kami berdampingan, mengajak bersama memperbaiki yang kurang tuntas, kami terima, kami siap menjawab tantangan itu disertai dengan kerendahhatian.”
Narasi kebangsaan tampaknya menjadi gagasan utama pencapresan Anies Baswedan. Kata ini terus diulang-ulang dan digaungkan sepanjang acara. Anies tampak berseri-seri dan optimistis menatap ke depan, meski ia ‘matur’ ingin menyelesaikan beberapa hal dulu yang harus ia tuntaskan sebagai Gubernur DKI. Ia menyebut bahwa ingin datang tampak muka dan pergi tampak punggung di hadapan warga DKI.
Dengan resminya Anies Baswedan diusung sebagai salah satu capres 2024 mendatang otomatis menghentikan spekulasi bahwa ia tak bisa maju karena tak punya partai.
Surya Paloh memberikan jaminan bahwa partainya mem-back-up Gubernur DKI itu secara penuh, bahkan memberikan kewenangan seluas-luasnya bagi Anies memilih calon wakil presiden yang akan mendampinginya. “Jadi ketika kita yakin memilih capres kita, kita harus yakin juga beri kesempatan dia pilih wakil yang paling bagus,” kata Paloh.
Pertanyaannya, siapakah yang akan digandeng Nasdem untuk berkoalisi? Siapa cawapres yang akan dipilih Anies? Memang, waktu baru saja masuk dan masih panjang akan bergulir.
Anies masih punya waktu untuk menentukan pilihan. Setelah momen ini, partai-partai akan bergerak. Peta politik akan bergeser. Survei-survei akan mulai berubah menyesuaikan fakta politik yang juga berubah.
Yang paling menarik, tampaknya Pilpres 2024 memang tak bisa dikerjakan secara ‘munfarid’, sendiri-sendiri. Harus berjamaah, harus berkoalisi. Bahkan tak bisa menggunakan narasi saling melawan yang bersifat ‘zero-sum-game’, bahwa pemerintahan sebelumnya tidak ‘tartib’ atau ‘tidak sah’, misalnya. Membangun bangsa ini perlu kesadaran untuk bergerak ke depan, bersama-sama mengedepankan persatuan.
“Kami mencita-citakan demokrasi Indonesia yang matang, yang menjadi tempat persandingan keragaman dengan kesatuan, dinamika dengan ketertiban, kompetisi dengan persamaan, kebebasan dengan kesejahteraan.” Kata Anies dalam sambutannya, mengutip Manifesto Ormas Nasional Demokrat yang saat itu dia menjadi salah satu deklaratornya.
Dari kejauhan, dari ufuk Timur dan Barat, jamaah mulai berdatangan. Azan sudah dikumandangkan, imam sudah berdiri, mereka mulai mengisi shaf demi shaf yang disediakan. Seraya merapalkan satu tagline, “Continuity and change”, “Keberlanjutan dan perubahan”.
Hayya ‘alal falah!
Oleh Fahd Pahdepie – Storyteller, CEO Inilah.com {radaraktual}