Politiknesia.com

Cegah Stunting, Melki Laka Lena Ajak Orang NTT Budayakan Gerakan Inisiasi Menyusui Dini

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama mitra kerja Komisi IX DPR RI mengelar kampanye percepatan punurunan Stunting di Gereja GMIT Ebenheiser Pukdale, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Minggu (11/12/2022).

Hadir dalam kegiatan ini Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena, Sekretaris BKKBN NTT, Margaretha Rumondor, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Kupang, Yesai Lanus serta undangan lainnya.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena dalam kesempatan itu mendorong orang NTT agar membudayakan gerakan IMD (Insiasi Menyusui Dini). Menurut dia, melalui gerakan IMD dan pemberian ASI ekslusif membuat anak tumbuh sehat dan terhindar dari resiko stunting.

“Saya mau dorong terus orang-orang Kupang ini, orang-orang NTT ini untuk mulai membudayakan, membiasakan diri untuk inisiasi menyusui dini. Sehingga kita punya anak-anak ini lebih sehat dan kuat, dan bisa mengurangi (mencegah) stunting,” sebut politisi Golkar ini.

Dia menjelaskan, untuk menyukseskan gerakan IMD, peran ayah sangat besar. Ia menganjurkan bapak-bapak untuk menghindari wilayah putih susu ibu dan mengkhususkan untuk bayi.

“Jangan bapa-bapa dong ini akhirnya habis anak lahir sonde bikin anak ko aktif untuk isap puting ibu tapi mereka yang lebih aktif. Akhirnya anak sonde minum ASI dan minum susu formula sehingga anak gampang sakit. Buat bapa-bapa dong tolong menghindari wilayah putih susu sehingga khusus untuk bayi supaya lebih sehat,” ajak Melki.

Sekretaris BKKBN NTT, Margaretha Rumondor, juga menganjurkan agar ibu-ibu menghindari empat terlalu sebagai salah satu langkah pencegahan stunting.

“Hindari 4T. Tidak terlalu muda nikahnya, Tidak terlalu tua hamilnya. Tidak lebih dari 35 tahun. Tidak terlalu banyak anaknya. Tidak terlalu sering. Cukup itu saja. Kalau kita hindari itu maka kita bisa menghindari dari stunting,” sebut Margaretha.

Ia menambahkan, stunting bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya gizi buruk, jarak kelahiran yang dekat, pengaruh sanitasi yang buruk, pengaruh pendidikan ibu yang rendah, pengaruh pendapatan keluarga yang rendah, pengaruh ASI yang tidak ekslusif, serta pengaruh imunisasi yang tidak lengkap.

Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Kupang, Yesai Lanus, mengatakan, tahun 2019-2024 menjadi agenda prioitas secara nasional maupun Kabupaten Kupang dalam penurunan stunting.

“Target Kabupaten Kupang di tahun 2024 stunting kita tinggal 9,3 persen. Berdasarkan penimbangan kemarin pada posisi Agustus dari 30.000 anak kabupaten Kupang yang ditimbang seratus persen, kita berhasil turun kurang lebih 4,2 persen. Atau tinggal 6118 anak yang menderita stunting,” katanya.

Yesai juga berharap koloborasi dan kerjasama semua pihak dalam menurunkan angka stunting di kabupaten dan gerakan penimbangan pada bulan Februari 2023 nanti.

“Kita berharap kita jaga betul, kita kerja sama, kita koloborasi sehingga pada penimbangan bulan Februari 2023, data stunting anak di kabupaten Kupang harus turun.

Kita berharap semua stakeholder bekerja sama karena impian kita pada tahun 2045 adalah mewujudkan Generasi Emas.

Generasi yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, kualias otak yang inggi karena kita akan bersaing dengan semua bangsa. Kalau kita tidak siapkan anak-anak kita maka kedepannya akan menjadi beban negara atau pemerintah daerah,” tutup Yesai. (Sumber)

Leave a Reply